KONFLIK ANTAR MASYARAKAT DAN ANTAR SUKU
Perang adalah sebuah aksi
fisik dan non fisik (dalam arti sempit, adalah kondisi permusuhan dengan
menggunakan kekerasan) antara dua atau lebih kelompok manusia[1] untuk melakukan dominasi
di wilayah yang dipertentangkan. Perang secara purba di maknai sebagai
pertikaian bersenjata. Di era modern, perang lebih mengarah pada superioritas
teknologi dan industri. Hal ini tercermin dari doktrin
angkatan perangnya seperti "Barang siapa menguasai ketinggian maka
menguasai dunia". Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan atas ketinggian
harus dicapai oleh teknologi. Namun kata perang tidak lagi berperan
sebagai kata kerja, namun sudah bergeser pada kata sifat. Yang memopulerkan hal
ini adalah para jurnalis,
sehingga lambat laun pergeseran ini mendapatkan posisinya, namun secara umum
perang berarti "pertentangan". Yang bisa di sangkut pautkan juga
dengan konflik.
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti
saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses
sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya.
Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami
konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya
akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang
dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut
diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat
istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri
individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam
setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang
tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat
lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu
sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan
sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan
integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
- Perbedaan Individu
Merupakan
perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, pendapat atau ide yang berkaitan
dengan harga diri, kebanggaan dan identitas seseorang. Perbedaan kebiasaan dan
perasaan yang dapat menimbulkan kebencian dan amarah sebagai awal timbulnya
konflik. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman,
tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu
karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
- Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan
Kepribadian
seseorang dibentuk dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Tidak semua
masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial yang sama. Apa yang
dianggap baik oleh suatu masyarakat belum tentu sama dengan apa yang dianggap
baik oleh masyarakat. Misalnya orang jawa dengan orang papua yang memiliki
budaya berbeda, jelas akan membedakan pola pikir dan kepribadian yang berbeda
pula. Jika hal ini tak ada suatu hal yang dapat mempersatukan, akan berakibat
timbulnya konflik.
3. Perbedaan Kepentingan
Setiap
individu atau keompok seringkali memiliki kepentingan yang berbeda dengan
individu atau kelompok lainnya. semua itu bergantung dari kebutuhan-kebutuhan
hidupnya. Perbedaan kepentingan ini menyangkut kepentingan ekonomi, politik,
sosial, dan budaya. Misalnya seseorang pengusaha menghendaki adanya penghematan
dalam biaya suatu produksi sehingga terpaksa harus melakukan rasionalisasi
pegawai. Namun, para pegawai yang terkena rasionalisasi merasa hak-haknya
diabaikan sehingga perbedaan kepentingan tersebut menimbulkan suatu konflik.
Misalnya mengenai masalah pemanfaatan hutan. Para pecinta alam menganggap hutan
sebagai bagian dari lingkungan hidup manusia dan habitat dari flora dan fauna.
Sedangkan bagi para petani hutan dapat menghambat tumbuhnya jumlah areal
persawahan atau perkebunan. Bagi para pengusaha kayu tentu ini menjadi
komoditas yang menguntungkan. Dari kasus ini ada pihak – pihak yang memiliki
kepentingan yang saling bertentangan, sehingga dapat berakibat timbulnya
konflik.
Faktor-Faktor Penyebab
Konflik di Indonesia
Dalam masyarakat Indonesia yang multikultur rawan terhadap
terjadinya suatu konflik sosial, karena secara garis besar struktur sosial
masyarakat Indonesia terbagi kedalam berbagai suku bangsa, agama, maupun
golongan yang beragam.
Menurut J. Ranjabar hal-hal yang dapat menjadi penyebab
terjadinya konflik pada masyarakat Indoenesia adalah sebagai berikut :
1) Apabila terjadi dominasi
suatu kelompok terhadap kelompok lain, contohnya adalah konflik yang terjadi di
Aceh dan Papua.
2) Terdapat persaingan dalam
mendapatkan mata pencaharian hidup antara kelompok yang berlainan suku bangsa.
Contohnya konflik yang terjadi di Sambas
3) Terjadi pemaksaan
unsur-unsur kebudayaan dari warga sebuah suku terhadap warga suku bangsa lain.
Contohnya konflik yang terjadi di Sampit.
4) Terdapat potensi konflik
yang terpendam, yang telah bermusuhan secara adat. Contohnya konflik antar suku
di pedalaman Papua.
Sebagai
contoh kasus :
Peperangan
antar suku di pedalaman papua, yang asal mulanya berawal dari saling ejek antar
warga. Dan di panjang kan masalahnya menjadi antar suku, yang dimana menyebab
kan terjadinya pertikaian antar suku. Dan tidak Cuma itu saja penyebab komflik
dan pertentangan, bias kita liat sekarang-sekarang ini. Para pelajar saling
bertikai yang sering di sebut (tawuran) antar pelajar. Yang sebab nya sama
seperti kasus di papua, hanya saling ejek atau saling melecehkan sesuatu dari
masing-masing pihak terjadilah pertikaian atau konflik dan pertentangan yang
menyebab kan sesame pelajar tawuran.
Analisis masalah :
Masalah
dari kasus diatas bersumber pada kurangnya kesadaran diri dari masing-masing
individual, untuk mengendalikan diri dari suatu masalah yang tidak perlu di lakukan.
Dan kurangnya perhatian keluarga untuk memberikan nasehat yang baik dalam
mengambil tindakan supaya paham arti pertikaian itu salah, yang menyebab kan
seorang atau siapa pun merugi. Dan kurangnya menjalin komunikasi yang baik
sesame antar warga atau suku, tidak menjatuh kan sesuatu yang bisa memicuh
pertentangan atau konflik dalam suku dan warga.
DAFTAR
PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Perang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar